Malam menjelang tahun baru.
Jam 21.00.
Tadinya gue ga ada niatan menulis sama sekali untuk menutup akhir tahun. Niatnya hanya ingin menghabiskan malam dengan leyeh-leyeh aja. Nonton Netflix, makan-makan cemilan, tidur cepat.
Tapi gue baru selesai baca novel /Kami Bukan Sarjana Kertas/ nya si Jombang, baru beli kemarin dan selesai dalam satu hari. Sengaja beli buku yang gue yakin akan bisa habis cepet, dan ternyata benar.
Bukan soal bukunya sih, tapi menyelesaikan bukunya berarti memaksa diri gue memasukkan banyak sekali kata-kata ke dalam kepala. Dan kalo sudah banyak kata-kata yang ditampung di kepala, mau ga mau harus ada yang ditumpahkan juga.
So here I am. Ingin mendokumentasikan rangkuman perasaan tentang tahun 2022, sebelum 3 jam lagi berganti ke 2023.
2022 tahun yang agak aneh. Gado-gado sekali, senangnya banyak, sulit dan sedihnya juga tidak sedikit.
Tapi yang pasti gue sangat mensyukuri tahun ini. Alhamdulillah, bersyukur banget.
Banyak hal menyenangkan yang terjadi, beberapa diantaranya:
- Ibra bisa sekolah playgroup dan gymnastic, dan gue diberi kesanggupan untuk bayarannya
- Bisa beli mobil pertama buat keluarga
- Juara 1 lomba podcast BI dengan hadiah belasan juta + nginep di Grand Hyatt 😆
- Adik gue yang bungsu masuk kuliah, FEB Unpad jurusan Ekonomi Syariah
- Bisa liburan ke beberapa tempat bareng Chantik dan Ibra
- Berhasil daftar haji, sudah melakukan setoran pertama dan sudah dapat nomor porsi haji, alhamdulillah langkah pertama
- Chantik hamil lagi, insya allah Januari kami akan kedatangan anggota baru di keluarga.
Dan masih banyak lagi yang ga bisa disebut semuanya.
Selain yang senang-senang, tentu banyak juga pengalaman pahit yang bisa diambil hikmahnya di tahun ini, beberapa diantaranya:
- Ibra dirawat di rumah sakit dua kali
- Kena tipu partner bisnis dan kehilangan duit lumayan gede, yang sampe sekarang pun belum selesai masalahnya. Kalo inget ini bawaannya emosi mulu
- Sempat merasa burnout dan stuck, males ngerjain apa-apa
Dan tentu masih banyak lagi.
Tapi secara umum, gue merasa 2022 ini tahun yang menyenangkan.
Gue bersyukur sekali bisa ada di titik sekarang. Dimampukan di banyak hal. Punya zona nyaman untuk digenggam.
Ada banyak ambisi yang masih belum tercapai, dan semuanya gue bisa bilang salah gue sendiri. Gue yang ga disiplin, gue yang males, gue yang ga mau kerja untuk dapetin apa yang gue inginkan.
Kalo ada satu hal yang bisa gue jadikan pelajaran untuk diri gue sendiri di tahun ini: gue semakin yakin kalo gue hanya akan mendapatkan apa yang gue usahakan. Seperti satu ayat dari surat An-Najm yang dulu gue tulis di semua buku pelajaran waktu kelas 3 SMA: “dan manusia tidak memperoleh sesuatu kecuali apa yang telah dia usahakan”
Maka di tahun 2023 – memasang ikat di kepala tanda siap membulatkan tekad kayak jagoan-jagoan di film jepang – gue siap untuk berjuang lebih keras. Gue punya target-target yang harusnya dicapai di tahun 2022, tapi harus tertunda karena diri gue sendiri. Maka gue ga bisa lagi menunda, gue yang harus mengusahakan supaya itu bisa tercapai di 2023.
Bismillah.
Terakhir, gue mau menutup dengan tulisan yang gue buat kemarin – yang mungkin 2-3 hari lagi akan jadi postingan di Instagram.
Setiap libur, otak gue nganggur
Dan setiap nganggur, gue jadi punya banyak waktu ngelamun, merenung.
Dan satu kalimat yang ga pernah absen di setiap lamunan dan renungan:
Gue beruntung.
Gue beruntung punya talenta.
Gue beruntung tahu ini itu.
Gue beruntung bisa kenal orang-orang di hidup gue sekarang.
Gue beruntung, karena tanpa itu semua, ya siapa sih gue.
Semua titik yang gue pernah lewati di hidup, ya semua karena gue beruntung punya itu semua.
Hal-hal yang ga ujug-ujug juga semuanya muncul di tangan.
Gue dapetin juga dengan kerja dan usaha.
Tapi ya kerja dan usahanya juga bisa gue lakukan, ya karena gue beruntung.
Gue beruntung bisa punya kesempatan dan keleluasaan mengasah talenta gue.
Gue beruntung bisa punya kesempatan belajar dari banyak orang dan banyak tempat.
Gue beruntung bisa dipertemukan dengan orang-orang yang kasih pengalaman.
Gue beruntung bisa sadar bahwa gue beruntung.
Karena sungguh cilaka dan layak diazab kalo gue angkat kepala, tepok-tepok dada, dan mikir ya ini semua karena gue jago aja.
Meminjam istilah Al-Quran: Kalla. Tidak, sekali-kali tidak.
It’s all privilege. It’s all gift.
Makanya, satu-satunya cara waras untuk mensyukurinya adalah dengan melanjutkannya.
Pay it forward.
Teruskan talenta lo ke orang lain.
Sebarkan ilmu lo ke orang lain.
Kenalkan jejaring lo ke jejaring orang lain.
Kalo kata status mbak mbak facebook: terusin, jangan sampai berhenti di kamu.
Be the best version of you, so others can have the same feeling of privilege, because you pass it on.
Be the gift to others❤
Selamat datang 2023.